banner 728x250
Berita  

Iven Festival Jong Batak ke-12: tujuan Menggali Akar Budaya Melalui Pangan Lokal

banner 120x600
banner 468x60

NEWS SLIPE, MEDAN – Pelaksanaan Jong Batak’s Arts Festival ke-12 akan digelar dengan semangat baru, festival seni tahunan itu mengusung tema “Pangan Lokal; Ronggurnesia-Suara dari Akar Budaya yang Menggema ke Masa Depan” dan akan berlangsung pada 18–28 Oktober 2025 di Taman Budaya, Jalan Perintis Kemerdekaan, Medan.

Festival tersebut tidak hanya menampilkan beragam pertunjukan seni, tetapi juga mengangkat kisah manusia di balik budaya para petani, penenun, pengrajin, dan seniman yang menjaga kehidupan melalui karya dan kearifan lokal mereka.

banner 325x300

Selama sepuluh hari penyelenggaraan, festival akan menyajikan pementasan teater, tari, musik, pameran arsip visual, diskusi budaya, serta lokakarya interaktif.

Semua kegiatan dirancang untuk menghubungkan seni dengan alam dan keseharian masyarakat.

Selain menghadirkan seniman lokal dari berbagai daerah di Sumatera Utara, Jong Batak’s Arts Festival juga membuka ruang kolaborasi lintas wilayah.

Beberapa komunitas seni dari luar daerah turut ambil bagian, di antaranya Nonblok Ekosistem dan Wan Harun dari Pekanbaru, Tydif Art Center dari Surabaya, serta Sanggar Seni dan Budaya Bulu Kumba dari Sulawesi Selatan.

Festival ini juga mempersembahkan ruang khusus bernama “Obral-Obrol”, tempat peserta dan pengunjung berdiskusi santai seputar sastra, pangan lokal, dan pengelolaan sampah.

Sementara itu, di area “Pasaraya”, pengunjung bisa menikmati serta membeli produk pangan lokal sambil berbincang langsung dengan petani dan pengrajin.

Menurut Audrin Manurung, Ketua panitia Festival, semangat “Ronggurnesia” yang diusung tahun ini menjadi simbol gema suara-suara lokal yang menembus batas.

“Dengan semangat Ronggurnesia, festival ini diharapkan dapat menjadikan gema suara-suara lokal yang menembus batas, menyuarakan harapan akan masa depan yang lebih berdaulat secara budaya dan pangan,” ujar Audrin Manurung.

Melalui Jong Batak’s Arts Festival, penyelenggara ingin mengajak masyarakat untuk kembali ke akar budaya dan meneguhkan kesadaran akan pentingnya merawat bumi.

“Budaya bukan sekadar warisan, tapi cara kita terus hidup dan mencipta,” ungkapnya.

Festival ini menjadi ruang pertemuan antara tradisi dan modernitas, antara suara masa lalu dan gema masa depan membangkitkan semangat baru bagi kehidupan seni dan budaya di Sumatera Utara.
(Hendrik)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *